Jumat, 14 Juni 2013

PENYAKIT JANTUNG PEMBULUH (PJP)

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Di negara-negara industri penyakit jantung dan pembuluh (PJP) seperti  angina pectoris, infark jantung, gagal jantung dan hipertensi, merupakan penyakit terbesar,  disusul kanker.
Penyakit jantung lebih serius, misalnya angina pectoris, akibat jantung tidak menerima cukup darah (dan oksigen) karena arteri jantung sudah hampir tertutup oleh plaks. Bila arteri jantung atau arteri otak tersumbat sama sekali, malah dapat timbul infark jantung atau infark otak (storke beroerte).  Pada gangguan gawat ini sebagian atau seluruh jantung/otak menjadi mati, sehingga sering bersifat fatal. Akibat beban jantung yang diperbesar dapat pula timbul gagal jantung (decompensatio), karena jantung tidak sanggup lagi memelihara peredaran darah selayaknya.
Sedangkan hipertensi adalah penyakit dengan meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten. Penderita dengan tekanan darah diastolic (TDD) <90 mmHg dan tekanan darah sistolik (TDS) >140mmHg mengalami hipertensi sistolik terisolasi.
B.     Maksud dan Tujuan
Laporan ini membahas analisis DRP (Drug Related Problem) pada kasus tuan Rudi (lihat kasus pada Bab III), pemilihan alternative terapi yang tepat dan hal-hal yang perlu dimonitoring setelah pemberian obat pada pasien atau Penatalaksanaan Kasus (Metode FARM).



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     Teori Umum
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan dengan jantung tidak dapat memompa darah yang mencukupi untuk kebutuhan tubuh. CHF dapat disebabkan oleh gangguan kemampuan otot jantug berkontraksi atau meningkatnya beban kerja dari jantung. Gagal jantung kongestif diikuti oleh peningkatan volume darah yang abnormal dan cairan interstisial jantung. Karena itu pembuluh vena dan kapiler umumnya melebar diisi darah. Istilah gagal jantung termasuk kongestif keparu dengan gagal jantung kiri, udema perifer dengan gagal jantung kanan. Penyebab dasar gagal jantung kongestif antara lain penyakit jantung arterioklerosis, penyakit hipertensi, penyakit katup jantung, kardiomiopati yang melebar, penyakit jantung congenital. Disfungsi sistolik kiri akibat penyakit arteri koronaria adalah penyebab utama dari gagal jantung. ( Mary J, 2001)
Pada gangguan serius jantung tidak mampu lagi memelihara selayaknya peredaran darah, hingga volume menit menurun dan arteri mendapat terlalu sedikit darah. Sebagai akibat kelemahan jantung ini darah tervbendung di vena paru-paru dan kaki, yang menimbulkan sesak dada dan udema pergelangan kaki. Pada keadaan parah, dapat terjadi, udema paru yang sangat berbahaya. Penyaluran darah ke jaringan juga berkurang, sehingga ginjal mengeskresi lebih sedikit Na dan air. Dalam hal akut pasien perlu sesegera mungkin di rawat di rumah sakit. (Drs. Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2007)
Pada insupisiensi jantung kiri terjadi peyumbatan pada sirkulasi kecil. Pada keadaan akut saat ventrikel kiri tidak berfungsi tekanan pengisian pada atrium kiri serte tekanan vena paru-paru meningkat. Ini menyebabkan bertambahnya volume dalam kapiler paru-paru dan hal ini menyebabkan kesulitan bernafas (asma) kardium. Jika peningkatan tekanan dalam kapiler melampaui 25 mmHg, cairan dari kapiler paru-paru akan keluar dan masuk ke alveoli, terjadilah tanda klinis suatu udem paru-paru. (Ernst Mutschler, 1991)
B.     Uraian Obat-Obat yang Digunakan untuk Terapi
1.      Amlodipin
Obat ini disebut juga dengan Ca Channel Blocker. Istilah terahir lebih tepat karena aksi obat ini menghambat influks ion Ca pada kanal ion Ca (Voltage-gated Ca channel) di pembuluh darah dan otot jantung. Penurunan ion Ca intraseluler menyebabkan penurunan kontraksi otot. Pada pembuluh darah, penurunan ion Ca intraseluler menurunkan kontraksi otot polos pembuluh darah, lalu meningkatkan diameter pembuluh darah arteri namun tidak pada vena sehingga menimbulkan vasodilatasi. Vasodilatasi mengakibatkan penurunan resistensi ferifer. Pada jantung, penurunan ion ca mengakibatkan penurunan kontraksi sel otot jantung, sehingga menurunkan curah jantung. Penurunan baik curah jantung maupun resistensi perifer menyebabkan punurunan tekanan darah. Secara klinik, obat ini digunakan dalam terappi hipertensi dan angina pectoris (menurunkan beban ahir jantung sehingga menurunkan kebutuhan oksigen.
Dosis hipertensi 5 mg 1x/hari. Maks 10 mg. Pasien bertubuh kecil atau pasien lanjut usia, pasien dengan insufisiensi hati 2,5 mg 1x/hari. (Jika sesak nafas pasien tak tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi)
Efek samping sakit kepala, udema, lelah, mual, nyeri abdomen, wajah kemerahan, palpitasi dan pusing.
2.      Furosemid
Obat ini beraksi menghambat co-transporter Na+/K+/2Cl- pada ascending limb lengkung henle sehingga menghambat reabsorbsi Na+ dan Cl-. Penigkatan Na+ dalam filtrat nefron ketika berada  dibagian tubulus kolektifus akan mengakibatkan sekresi K+ dan H+ sehingga menyebabkan hipokalemia. Obat ini merupakan diuresis paling poten. Selain untuk terapi hipertensi, obat ini digunakan untuk menurunkan udema paru-paru pada penyakit gagal jantung. Obat ini tepat untuk penderita hipertensi dengan gangguan ginjal.
Efek samping rasa tidak enak di perut, hipotensi ortostatik, gangguan GI, penglihatan kabur, pusing dan sakit kepala.
Dosis dewasa 1/2-1 tab 40 mg sehari pada pagi. (Jika sesak nafas pasien tak tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi)





BAB III
KASUS
Tuan Rudi 60 tahun, 65 kg datang ke rumah sakit karna mengalami sesak nafas, batuk, kaki mengalami pembenngkakan (oedema), sulit buang air kecil. Pasien mengaku ketika berbaring harus menggunakan 2 atau lebih bantal karena sering mengalami sesak nafas. Tekanan darah pasien pada saat masuk rumah sakit adalah 170/100 mmHg. Tuan Rudi merupakan pasien Hipertensi sejak tiga tahun lalu dan rutin mengkonsumsi norfaks 5 mg setiap harinya. Namun 9 bulan belakangan ini tuan Rudi tidak mengkonsumsi obat tersebut dikarenakan harga obat yang sangat mahal. Dokter memberikan resep yaitu Amlodipin 5 mg 1 kali sehari.


BAB IV
PEMBAHASAN
Penatalaksanaan Kasus Metode FARM
A.     FINDINGS
Berdasarkan kasus yang sudah disebutkan pada bab sebelumnya di atas (BAB III), tuan Rudi menderita Hipertensi yang kemudian mengakibatkan Gagal Jantung.
1.      Riwayat Penyakit
Mengalami sesak nafas, batuk, kaki mengalami pembengkakan, sulit buang air kecil, ketika berbaring harus menggunakan dua atau lebih bantal karena sering mengalami sesak nafas dengan tekanan darah 170/100 mmHg
2.      Riwayat Penyakit Dahulu
Tuan Rudi sejak 3 tahun lalu merupakan pasien hipertensi dan rutin mengkonsumsi norvaks 5 mg setiap harinya. Namun, 9 bulan belakangan ini tuan Rudi tidak mengkonsumsi obat tersebut dikarenakan harga obat yang sangat mahal.
B.     Assesmant
Dokter telah meresepkan Amlodipin 5 mg 1 kali sehari
DRP’s
1.      Indikasi yang tidak ditangani (Untreated Indication) atau Indikasi tanpa obat yaitu Udema Paru
C.     Resolution
1.      Farmakologi
a)      Furosemid
Dosis dewasa 1/2-1 tab 40 mg pada pagihari. (Jika sesak nafas pasien tak tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi).
b)      Amlodipin
Dosis hipertensi 5 mg 1x/hari. Maks 10 mg. Pasien bertubuh kecil atau pasien lanjut usia, pasien dengan insufisiensi (lemah fungsi) hati 2,5 mg 1x/hari. (Jika sesak nafas pasien tak tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi).
UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang berbunyi sebagai berikut: lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60. Tuan Rudi termasuk kedalam kelompok lansia, tetapi dengan pertimbangan berat badan 65 kg yg dimilikinya, pertimbangan tidak ada gejala penyakit hati yang kronis yang ia derita juga berdasarkan pertimbangan riwayat pengobatan hipertensi tuan Rudi 3 tahun lalu yang menggunakan 5 mg amlodipin/hari maka tuan Rudi tetap disarankan untuk menkonsumsi 5 mg amlodipin/hari.
2.      Non Farmakolofi
a)      Rehabilitasi atau penyehatan kardiak, pengurangan konsumsi cairan (maks 2 liter/hari dari semua sumber cairan, baik minuman maupun makanan) dan pengurangan konsumsi garam natrium (kira-kira 1,5 hingga 2 gram/hari).
b)      Tahap A:  Pengobatan meliputi penghentian kebiasaan merokok, serta pengontrolan hipertensi, DM, dan dislipidemia menurut pedoman penanganan yang berlaku.
c)      Tahap D: pada tahap ini pasien harus beristirahat sepenuhnya dan juga pengobatan maksimal.
D.     Monitoring
1.      Gejala-Gejala Pasien
Pengecekan masih ada atau tidak udem di kaki, masih mebutuhkan 2 bantal pada saat tidur atau tidak, masih ada sesak nafas dan batuk atau tidak.
2.      Tekanan Darah
Apakah tekanan darah tuan Rudi telah normal atau tidak. Tekanan darah dikatakan normal ketika sistolik <120 mmHg dan diastolik <80mmHg
3.      Fungsi Ginjal
Apakah fungsi perkemihan lancar atau tidak

4.      Efek Samping
Ada tidaknya perasaan tidak enak di perut, hipotensi ortostatik, gangguan GI, penglihatan kabur, pusing dan sakit kepala. atau efek samping sakit kepala, udema, lelah, mual, nyeri abdomen, wajah kemerahan, palpitasi dan pusing.
5.      Ketepatan Pasien
Patuh atau tidaknya pasien pada dosis dan waktu penggunaan obat yang  telah ditentukan.



BAB V
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Tuan Rudi menderita hipertensi dan gagal jantung telah diresepkan Amlodipin 5 mg/hari oleh dokter dan untuk gejala udem pada paru tuan Rudi belum diberikan terapi, obat terapi yang dapat diberikan salah satunya adalah diuretic furosemid.
B.     Saran
Setelah diberikan terapi, sebaiknya dilakukan monitoring dengan seksama baik atas efek samping pada obat yang digunakan untuk terapi atau monitoring terhadap perkembangan kesehatan penyakit yang sedang diterapi
DAFTAR PUSTAKA

Mycek J. Mary, dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. Widya Medika. Jakarta

Depkes RI. Mims Petunjuk Konsultasi. Edisi 10 2010/2011. UBM Medica. Jakarta

MutschLer Ernest. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. ITB. Bandung

Nugroho Endro Agung. 2011. Farmakologi obat-obat penting dalam pembelajaran ilmu farmasi dan dunia kesehatan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Sukandar Yulinah Elin, dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. PT ISFI. Jakarta

Saragi Sahat. 2011. Panduan Penggunaan Obat. Rosemata Publisher. Jakarta

Tjay Hoan Tan, dkk. 2006. Obat-Obat Penting. PT Elex Kompitindo. Jakarta




PENYAKIT JANTUNG PEMBULUH (PJP)

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Di negara-negara industri penyakit jantung dan pembuluh (PJP) seperti  angina pectoris, infark jantung, gagal jantung dan hipertensi, merupakan penyakit terbesar,  disusul kanker.
Penyakit jantung lebih serius, misalnya angina pectoris, akibat jantung tidak menerima cukup darah (dan oksigen) karena arteri jantung sudah hampir tertutup oleh plaks. Bila arteri jantung atau arteri otak tersumbat sama sekali, malah dapat timbul infark jantung atau infark otak (storke beroerte).  Pada gangguan gawat ini sebagian atau seluruh jantung/otak menjadi mati, sehingga sering bersifat fatal. Akibat beban jantung yang diperbesar dapat pula timbul gagal jantung (decompensatio), karena jantung tidak sanggup lagi memelihara peredaran darah selayaknya.
Sedangkan hipertensi adalah penyakit dengan meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten. Penderita dengan tekanan darah diastolic (TDD) <90 mmHg dan tekanan darah sistolik (TDS) >140mmHg mengalami hipertensi sistolik terisolasi.
B.     Maksud dan Tujuan
Laporan ini membahas analisis DRP (Drug Related Problem) pada kasus tuan Rudi (lihat kasus pada Bab III), pemilihan alternative terapi yang tepat dan hal-hal yang perlu dimonitoring setelah pemberian obat pada pasien atau Penatalaksanaan Kasus (Metode FARM).



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     Teori Umum
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan dengan jantung tidak dapat memompa darah yang mencukupi untuk kebutuhan tubuh. CHF dapat disebabkan oleh gangguan kemampuan otot jantug berkontraksi atau meningkatnya beban kerja dari jantung. Gagal jantung kongestif diikuti oleh peningkatan volume darah yang abnormal dan cairan interstisial jantung. Karena itu pembuluh vena dan kapiler umumnya melebar diisi darah. Istilah gagal jantung termasuk kongestif keparu dengan gagal jantung kiri, udema perifer dengan gagal jantung kanan. Penyebab dasar gagal jantung kongestif antara lain penyakit jantung arterioklerosis, penyakit hipertensi, penyakit katup jantung, kardiomiopati yang melebar, penyakit jantung congenital. Disfungsi sistolik kiri akibat penyakit arteri koronaria adalah penyebab utama dari gagal jantung. ( Mary J, 2001)
Pada gangguan serius jantung tidak mampu lagi memelihara selayaknya peredaran darah, hingga volume menit menurun dan arteri mendapat terlalu sedikit darah. Sebagai akibat kelemahan jantung ini darah tervbendung di vena paru-paru dan kaki, yang menimbulkan sesak dada dan udema pergelangan kaki. Pada keadaan parah, dapat terjadi, udema paru yang sangat berbahaya. Penyaluran darah ke jaringan juga berkurang, sehingga ginjal mengeskresi lebih sedikit Na dan air. Dalam hal akut pasien perlu sesegera mungkin di rawat di rumah sakit. (Drs. Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2007)
Pada insupisiensi jantung kiri terjadi peyumbatan pada sirkulasi kecil. Pada keadaan akut saat ventrikel kiri tidak berfungsi tekanan pengisian pada atrium kiri serte tekanan vena paru-paru meningkat. Ini menyebabkan bertambahnya volume dalam kapiler paru-paru dan hal ini menyebabkan kesulitan bernafas (asma) kardium. Jika peningkatan tekanan dalam kapiler melampaui 25 mmHg, cairan dari kapiler paru-paru akan keluar dan masuk ke alveoli, terjadilah tanda klinis suatu udem paru-paru. (Ernst Mutschler, 1991)
B.     Uraian Obat-Obat yang Digunakan untuk Terapi
1.      Amlodipin
Obat ini disebut juga dengan Ca Channel Blocker. Istilah terahir lebih tepat karena aksi obat ini menghambat influks ion Ca pada kanal ion Ca (Voltage-gated Ca channel) di pembuluh darah dan otot jantung. Penurunan ion Ca intraseluler menyebabkan penurunan kontraksi otot. Pada pembuluh darah, penurunan ion Ca intraseluler menurunkan kontraksi otot polos pembuluh darah, lalu meningkatkan diameter pembuluh darah arteri namun tidak pada vena sehingga menimbulkan vasodilatasi. Vasodilatasi mengakibatkan penurunan resistensi ferifer. Pada jantung, penurunan ion ca mengakibatkan penurunan kontraksi sel otot jantung, sehingga menurunkan curah jantung. Penurunan baik curah jantung maupun resistensi perifer menyebabkan punurunan tekanan darah. Secara klinik, obat ini digunakan dalam terappi hipertensi dan angina pectoris (menurunkan beban ahir jantung sehingga menurunkan kebutuhan oksigen.
Dosis hipertensi 5 mg 1x/hari. Maks 10 mg. Pasien bertubuh kecil atau pasien lanjut usia, pasien dengan insufisiensi hati 2,5 mg 1x/hari. (Jika sesak nafas pasien tak tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi)
Efek samping sakit kepala, udema, lelah, mual, nyeri abdomen, wajah kemerahan, palpitasi dan pusing.
2.      Furosemid
Obat ini beraksi menghambat co-transporter Na+/K+/2Cl- pada ascending limb lengkung henle sehingga menghambat reabsorbsi Na+ dan Cl-. Penigkatan Na+ dalam filtrat nefron ketika berada  dibagian tubulus kolektifus akan mengakibatkan sekresi K+ dan H+ sehingga menyebabkan hipokalemia. Obat ini merupakan diuresis paling poten. Selain untuk terapi hipertensi, obat ini digunakan untuk menurunkan udema paru-paru pada penyakit gagal jantung. Obat ini tepat untuk penderita hipertensi dengan gangguan ginjal.
Efek samping rasa tidak enak di perut, hipotensi ortostatik, gangguan GI, penglihatan kabur, pusing dan sakit kepala.
Dosis dewasa 1/2-1 tab 40 mg sehari pada pagi. (Jika sesak nafas pasien tak tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi)





BAB III
KASUS
Tuan Rudi 60 tahun, 65 kg datang ke rumah sakit karna mengalami sesak nafas, batuk, kaki mengalami pembenngkakan (oedema), sulit buang air kecil. Pasien mengaku ketika berbaring harus menggunakan 2 atau lebih bantal karena sering mengalami sesak nafas. Tekanan darah pasien pada saat masuk rumah sakit adalah 170/100 mmHg. Tuan Rudi merupakan pasien Hipertensi sejak tiga tahun lalu dan rutin mengkonsumsi norfaks 5 mg setiap harinya. Namun 9 bulan belakangan ini tuan Rudi tidak mengkonsumsi obat tersebut dikarenakan harga obat yang sangat mahal. Dokter memberikan resep yaitu Amlodipin 5 mg 1 kali sehari.


BAB IV
PEMBAHASAN
Penatalaksanaan Kasus Metode FARM
A.     FINDINGS
Berdasarkan kasus yang sudah disebutkan pada bab sebelumnya di atas (BAB III), tuan Rudi menderita Hipertensi yang kemudian mengakibatkan Gagal Jantung.
1.      Riwayat Penyakit
Mengalami sesak nafas, batuk, kaki mengalami pembengkakan, sulit buang air kecil, ketika berbaring harus menggunakan dua atau lebih bantal karena sering mengalami sesak nafas dengan tekanan darah 170/100 mmHg
2.      Riwayat Penyakit Dahulu
Tuan Rudi sejak 3 tahun lalu merupakan pasien hipertensi dan rutin mengkonsumsi norvaks 5 mg setiap harinya. Namun, 9 bulan belakangan ini tuan Rudi tidak mengkonsumsi obat tersebut dikarenakan harga obat yang sangat mahal.
B.     Assesmant
Dokter telah meresepkan Amlodipin 5 mg 1 kali sehari
DRP’s
1.      Indikasi yang tidak ditangani (Untreated Indication) atau Indikasi tanpa obat yaitu Udema Paru
C.     Resolution
1.      Farmakologi
a)      Furosemid
Dosis dewasa 1/2-1 tab 40 mg pada pagihari. (Jika sesak nafas pasien tak tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi).
b)      Amlodipin
Dosis hipertensi 5 mg 1x/hari. Maks 10 mg. Pasien bertubuh kecil atau pasien lanjut usia, pasien dengan insufisiensi (lemah fungsi) hati 2,5 mg 1x/hari. (Jika sesak nafas pasien tak tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi).
UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang berbunyi sebagai berikut: lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60. Tuan Rudi termasuk kedalam kelompok lansia, tetapi dengan pertimbangan berat badan 65 kg yg dimilikinya, pertimbangan tidak ada gejala penyakit hati yang kronis yang ia derita juga berdasarkan pertimbangan riwayat pengobatan hipertensi tuan Rudi 3 tahun lalu yang menggunakan 5 mg amlodipin/hari maka tuan Rudi tetap disarankan untuk menkonsumsi 5 mg amlodipin/hari.
2.      Non Farmakolofi
a)      Rehabilitasi atau penyehatan kardiak, pengurangan konsumsi cairan (maks 2 liter/hari dari semua sumber cairan, baik minuman maupun makanan) dan pengurangan konsumsi garam natrium (kira-kira 1,5 hingga 2 gram/hari).
b)      Tahap A:  Pengobatan meliputi penghentian kebiasaan merokok, serta pengontrolan hipertensi, DM, dan dislipidemia menurut pedoman penanganan yang berlaku.
c)      Tahap D: pada tahap ini pasien harus beristirahat sepenuhnya dan juga pengobatan maksimal.
D.     Monitoring
1.      Gejala-Gejala Pasien
Pengecekan masih ada atau tidak udem di kaki, masih mebutuhkan 2 bantal pada saat tidur atau tidak, masih ada sesak nafas dan batuk atau tidak.
2.      Tekanan Darah
Apakah tekanan darah tuan Rudi telah normal atau tidak. Tekanan darah dikatakan normal ketika sistolik <120 mmHg dan diastolik <80mmHg
3.      Fungsi Ginjal
Apakah fungsi perkemihan lancar atau tidak

4.      Efek Samping
Ada tidaknya perasaan tidak enak di perut, hipotensi ortostatik, gangguan GI, penglihatan kabur, pusing dan sakit kepala. atau efek samping sakit kepala, udema, lelah, mual, nyeri abdomen, wajah kemerahan, palpitasi dan pusing.
5.      Ketepatan Pasien
Patuh atau tidaknya pasien pada dosis dan waktu penggunaan obat yang  telah ditentukan.



BAB V
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Tuan Rudi menderita hipertensi dan gagal jantung telah diresepkan Amlodipin 5 mg/hari oleh dokter dan untuk gejala udem pada paru tuan Rudi belum diberikan terapi, obat terapi yang dapat diberikan salah satunya adalah diuretic furosemid.
B.     Saran
Setelah diberikan terapi, sebaiknya dilakukan monitoring dengan seksama baik atas efek samping pada obat yang digunakan untuk terapi atau monitoring terhadap perkembangan kesehatan penyakit yang sedang diterapi
DAFTAR PUSTAKA

Mycek J. Mary, dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. Widya Medika. Jakarta

Depkes RI. Mims Petunjuk Konsultasi. Edisi 10 2010/2011. UBM Medica. Jakarta

MutschLer Ernest. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. ITB. Bandung

Nugroho Endro Agung. 2011. Farmakologi obat-obat penting dalam pembelajaran ilmu farmasi dan dunia kesehatan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Sukandar Yulinah Elin, dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. PT ISFI. Jakarta

Saragi Sahat. 2011. Panduan Penggunaan Obat. Rosemata Publisher. Jakarta

Tjay Hoan Tan, dkk. 2006. Obat-Obat Penting. PT Elex Kompitindo. Jakarta