Sabtu, 06 Juli 2013
Jumat, 14 Juni 2013
PENYAKIT JANTUNG PEMBULUH (PJP)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di negara-negara industri penyakit jantung dan
pembuluh (PJP) seperti angina pectoris, infark jantung, gagal
jantung dan hipertensi, merupakan penyakit terbesar, disusul kanker.
Penyakit jantung lebih serius, misalnya angina pectoris, akibat jantung tidak
menerima cukup darah (dan oksigen) karena arteri jantung sudah hampir tertutup
oleh plaks. Bila arteri jantung atau arteri otak tersumbat sama sekali, malah
dapat timbul infark jantung atau infark otak (storke beroerte).
Pada gangguan gawat ini sebagian
atau seluruh jantung/otak menjadi mati, sehingga sering bersifat fatal. Akibat
beban jantung yang diperbesar dapat pula timbul gagal jantung (decompensatio), karena jantung tidak
sanggup lagi memelihara peredaran darah selayaknya.
Sedangkan hipertensi adalah penyakit dengan
meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten. Penderita dengan tekanan
darah diastolic (TDD) <90 mmHg dan tekanan darah sistolik (TDS) >140mmHg
mengalami hipertensi sistolik terisolasi.
B. Maksud
dan Tujuan
Laporan ini membahas analisis DRP (Drug Related Problem) pada kasus tuan
Rudi (lihat kasus pada Bab III), pemilihan alternative terapi yang tepat dan
hal-hal yang perlu dimonitoring setelah pemberian obat pada pasien atau Penatalaksanaan
Kasus (Metode FARM).
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Teori
Umum
Gagal
jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan dengan jantung tidak dapat memompa
darah yang mencukupi untuk kebutuhan tubuh. CHF dapat disebabkan oleh gangguan
kemampuan otot jantug berkontraksi atau meningkatnya beban kerja dari jantung.
Gagal jantung kongestif diikuti oleh peningkatan volume darah yang abnormal dan
cairan interstisial jantung. Karena itu pembuluh vena dan kapiler umumnya
melebar diisi darah. Istilah gagal jantung termasuk kongestif keparu dengan
gagal jantung kiri, udema perifer dengan gagal jantung kanan. Penyebab dasar
gagal jantung kongestif antara lain penyakit jantung arterioklerosis, penyakit
hipertensi, penyakit katup jantung, kardiomiopati yang melebar, penyakit
jantung congenital. Disfungsi sistolik kiri akibat penyakit arteri koronaria
adalah penyebab utama dari gagal jantung. ( Mary J, 2001)
Pada
gangguan serius jantung tidak mampu lagi memelihara selayaknya peredaran darah,
hingga volume menit menurun dan
arteri mendapat terlalu sedikit darah. Sebagai akibat kelemahan jantung ini
darah tervbendung di vena paru-paru dan kaki, yang menimbulkan sesak dada dan
udema pergelangan kaki. Pada keadaan parah, dapat terjadi, udema paru yang
sangat berbahaya. Penyaluran darah ke jaringan juga berkurang, sehingga ginjal
mengeskresi lebih sedikit Na dan air. Dalam hal akut pasien perlu sesegera mungkin
di rawat di rumah sakit. (Drs. Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2007)
Pada
insupisiensi jantung kiri terjadi peyumbatan pada sirkulasi kecil. Pada keadaan
akut saat ventrikel kiri tidak berfungsi tekanan pengisian pada atrium kiri
serte tekanan vena paru-paru meningkat. Ini menyebabkan bertambahnya volume
dalam kapiler paru-paru dan hal ini menyebabkan kesulitan bernafas (asma)
kardium. Jika peningkatan tekanan dalam kapiler melampaui 25 mmHg, cairan dari
kapiler paru-paru akan keluar dan masuk ke alveoli, terjadilah tanda klinis
suatu udem paru-paru. (Ernst Mutschler, 1991)
B. Uraian
Obat-Obat yang Digunakan untuk Terapi
1. Amlodipin
Obat ini
disebut juga dengan Ca Channel Blocker. Istilah
terahir lebih tepat karena aksi obat ini menghambat influks ion Ca pada kanal
ion Ca (Voltage-gated Ca channel) di
pembuluh darah dan otot jantung. Penurunan ion Ca intraseluler menyebabkan
penurunan kontraksi otot. Pada pembuluh darah, penurunan ion Ca intraseluler
menurunkan kontraksi otot polos pembuluh darah, lalu meningkatkan diameter
pembuluh darah arteri namun tidak pada vena sehingga menimbulkan vasodilatasi.
Vasodilatasi mengakibatkan penurunan resistensi ferifer. Pada jantung,
penurunan ion ca mengakibatkan penurunan kontraksi sel otot jantung, sehingga
menurunkan curah jantung. Penurunan baik curah jantung maupun resistensi
perifer menyebabkan punurunan tekanan darah. Secara klinik, obat ini digunakan
dalam terappi hipertensi dan angina pectoris (menurunkan beban ahir jantung
sehingga menurunkan kebutuhan oksigen.
Dosis
hipertensi 5 mg 1x/hari. Maks 10 mg. Pasien bertubuh kecil atau pasien lanjut
usia, pasien dengan insufisiensi hati 2,5 mg 1x/hari. (Jika sesak nafas pasien
tak tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi)
Efek
samping sakit kepala, udema, lelah, mual, nyeri abdomen, wajah kemerahan,
palpitasi dan pusing.
2. Furosemid
Obat ini
beraksi menghambat co-transporter Na+/K+/2Cl- pada ascending limb lengkung henle sehingga menghambat reabsorbsi Na+
dan Cl-. Penigkatan Na+ dalam filtrat nefron ketika berada dibagian tubulus kolektifus akan
mengakibatkan sekresi K+ dan H+ sehingga menyebabkan hipokalemia. Obat ini
merupakan diuresis paling poten. Selain untuk terapi hipertensi, obat ini
digunakan untuk menurunkan udema paru-paru pada penyakit gagal jantung. Obat
ini tepat untuk penderita hipertensi dengan gangguan ginjal.
Efek
samping rasa tidak enak di perut, hipotensi ortostatik, gangguan GI,
penglihatan kabur, pusing dan sakit kepala.
Dosis
dewasa 1/2-1 tab 40 mg sehari pada pagi. (Jika sesak nafas pasien tak
tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi)
BAB
III
KASUS
Tuan Rudi 60 tahun, 65 kg datang ke rumah sakit
karna mengalami sesak nafas, batuk, kaki mengalami pembenngkakan (oedema),
sulit buang air kecil. Pasien mengaku ketika berbaring harus menggunakan 2 atau
lebih bantal karena sering mengalami sesak nafas. Tekanan darah pasien pada
saat masuk rumah sakit adalah 170/100 mmHg. Tuan Rudi merupakan pasien
Hipertensi sejak tiga tahun lalu dan rutin mengkonsumsi norfaks 5 mg setiap
harinya. Namun 9 bulan belakangan ini tuan Rudi tidak mengkonsumsi obat tersebut
dikarenakan harga obat yang sangat mahal. Dokter memberikan resep yaitu
Amlodipin 5 mg 1 kali sehari.
BAB IV
PEMBAHASAN
Penatalaksanaan Kasus Metode FARM
A. FINDINGS
Berdasarkan kasus yang sudah disebutkan pada bab sebelumnya di atas (BAB
III), tuan Rudi menderita Hipertensi yang kemudian mengakibatkan Gagal Jantung.
1. Riwayat Penyakit
Mengalami sesak nafas, batuk, kaki mengalami
pembengkakan, sulit buang air kecil, ketika berbaring harus menggunakan dua
atau lebih bantal karena sering mengalami sesak nafas dengan tekanan darah
170/100 mmHg
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Tuan Rudi sejak 3 tahun lalu merupakan pasien
hipertensi dan rutin mengkonsumsi norvaks 5 mg setiap harinya. Namun, 9 bulan
belakangan ini tuan Rudi tidak mengkonsumsi obat tersebut dikarenakan harga
obat yang sangat mahal.
B. Assesmant
Dokter telah meresepkan Amlodipin 5 mg 1 kali sehari
DRP’s
1.
Indikasi yang tidak ditangani (Untreated Indication) atau Indikasi tanpa
obat yaitu Udema Paru
C.
Resolution
1.
Farmakologi
a)
Furosemid
Dosis dewasa 1/2-1 tab 40 mg pada pagihari. (Jika sesak
nafas pasien tak tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi).
b) Amlodipin
Dosis hipertensi 5 mg 1x/hari. Maks
10 mg. Pasien bertubuh kecil atau pasien lanjut usia, pasien dengan
insufisiensi (lemah fungsi) hati 2,5 mg 1x/hari. (Jika sesak nafas pasien tak
tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi).
UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang
berbunyi sebagai berikut: lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60. Tuan Rudi termasuk kedalam kelompok
lansia, tetapi dengan pertimbangan berat badan 65 kg yg dimilikinya, pertimbangan
tidak ada gejala penyakit hati yang kronis yang ia derita juga berdasarkan
pertimbangan riwayat pengobatan hipertensi tuan Rudi 3 tahun lalu yang
menggunakan 5 mg amlodipin/hari maka tuan Rudi tetap disarankan untuk
menkonsumsi 5 mg amlodipin/hari.
2.
Non Farmakolofi
a)
Rehabilitasi atau penyehatan kardiak, pengurangan konsumsi cairan (maks 2
liter/hari dari semua sumber cairan, baik minuman maupun makanan) dan
pengurangan konsumsi garam natrium (kira-kira 1,5 hingga 2 gram/hari).
b)
Tahap A: Pengobatan meliputi
penghentian kebiasaan merokok, serta pengontrolan hipertensi, DM, dan
dislipidemia menurut pedoman penanganan yang berlaku.
c)
Tahap D: pada tahap ini pasien harus beristirahat sepenuhnya dan juga pengobatan
maksimal.
D.
Monitoring
1.
Gejala-Gejala Pasien
Pengecekan
masih ada atau tidak udem di kaki, masih mebutuhkan 2 bantal pada saat tidur
atau tidak, masih ada sesak nafas dan batuk atau tidak.
2.
Tekanan Darah
Apakah
tekanan darah tuan Rudi telah normal atau tidak. Tekanan darah dikatakan normal
ketika sistolik <120 mmHg dan diastolik <80mmHg
3.
Fungsi Ginjal
Apakah
fungsi perkemihan lancar atau tidak
4.
Efek Samping
Ada
tidaknya perasaan tidak enak di perut, hipotensi ortostatik, gangguan GI,
penglihatan kabur, pusing dan sakit kepala. atau efek samping sakit kepala,
udema, lelah, mual, nyeri abdomen, wajah kemerahan, palpitasi dan pusing.
5. Ketepatan
Pasien
Patuh
atau tidaknya pasien pada dosis dan waktu penggunaan obat yang telah ditentukan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tuan Rudi menderita hipertensi dan gagal jantung
telah diresepkan Amlodipin 5 mg/hari oleh dokter dan untuk gejala udem pada
paru tuan Rudi belum diberikan terapi, obat terapi yang dapat diberikan salah
satunya adalah diuretic furosemid.
B.
Saran
Setelah diberikan terapi, sebaiknya dilakukan
monitoring dengan seksama baik atas efek samping pada obat yang digunakan untuk
terapi atau monitoring terhadap perkembangan kesehatan penyakit yang sedang
diterapi
DAFTAR
PUSTAKA
Mycek J. Mary,
dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi
2. Widya Medika. Jakarta
Depkes RI. Mims Petunjuk Konsultasi. Edisi 10
2010/2011. UBM Medica. Jakarta
MutschLer
Ernest. 1991. Dinamika Obat. Edisi
Kelima. ITB. Bandung
Nugroho
Endro Agung. 2011. Farmakologi obat-obat
penting dalam pembelajaran ilmu farmasi dan dunia kesehatan. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta
Sukandar
Yulinah Elin, dkk. 2008. Iso
Farmakoterapi. PT ISFI. Jakarta
Saragi
Sahat. 2011. Panduan Penggunaan Obat.
Rosemata Publisher. Jakarta
Tjay
Hoan Tan, dkk. 2006. Obat-Obat Penting.
PT Elex Kompitindo. Jakarta
PENYAKIT JANTUNG PEMBULUH (PJP)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di negara-negara industri penyakit jantung dan
pembuluh (PJP) seperti angina pectoris, infark jantung, gagal
jantung dan hipertensi, merupakan penyakit terbesar, disusul kanker.
Penyakit jantung lebih serius, misalnya angina pectoris, akibat jantung tidak
menerima cukup darah (dan oksigen) karena arteri jantung sudah hampir tertutup
oleh plaks. Bila arteri jantung atau arteri otak tersumbat sama sekali, malah
dapat timbul infark jantung atau infark otak (storke beroerte).
Pada gangguan gawat ini sebagian
atau seluruh jantung/otak menjadi mati, sehingga sering bersifat fatal. Akibat
beban jantung yang diperbesar dapat pula timbul gagal jantung (decompensatio), karena jantung tidak
sanggup lagi memelihara peredaran darah selayaknya.
Sedangkan hipertensi adalah penyakit dengan
meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten. Penderita dengan tekanan
darah diastolic (TDD) <90 mmHg dan tekanan darah sistolik (TDS) >140mmHg
mengalami hipertensi sistolik terisolasi.
B. Maksud
dan Tujuan
Laporan ini membahas analisis DRP (Drug Related Problem) pada kasus tuan
Rudi (lihat kasus pada Bab III), pemilihan alternative terapi yang tepat dan
hal-hal yang perlu dimonitoring setelah pemberian obat pada pasien atau Penatalaksanaan
Kasus (Metode FARM).
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Teori
Umum
Gagal
jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan dengan jantung tidak dapat memompa
darah yang mencukupi untuk kebutuhan tubuh. CHF dapat disebabkan oleh gangguan
kemampuan otot jantug berkontraksi atau meningkatnya beban kerja dari jantung.
Gagal jantung kongestif diikuti oleh peningkatan volume darah yang abnormal dan
cairan interstisial jantung. Karena itu pembuluh vena dan kapiler umumnya
melebar diisi darah. Istilah gagal jantung termasuk kongestif keparu dengan
gagal jantung kiri, udema perifer dengan gagal jantung kanan. Penyebab dasar
gagal jantung kongestif antara lain penyakit jantung arterioklerosis, penyakit
hipertensi, penyakit katup jantung, kardiomiopati yang melebar, penyakit
jantung congenital. Disfungsi sistolik kiri akibat penyakit arteri koronaria
adalah penyebab utama dari gagal jantung. ( Mary J, 2001)
Pada
gangguan serius jantung tidak mampu lagi memelihara selayaknya peredaran darah,
hingga volume menit menurun dan
arteri mendapat terlalu sedikit darah. Sebagai akibat kelemahan jantung ini
darah tervbendung di vena paru-paru dan kaki, yang menimbulkan sesak dada dan
udema pergelangan kaki. Pada keadaan parah, dapat terjadi, udema paru yang
sangat berbahaya. Penyaluran darah ke jaringan juga berkurang, sehingga ginjal
mengeskresi lebih sedikit Na dan air. Dalam hal akut pasien perlu sesegera mungkin
di rawat di rumah sakit. (Drs. Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2007)
Pada
insupisiensi jantung kiri terjadi peyumbatan pada sirkulasi kecil. Pada keadaan
akut saat ventrikel kiri tidak berfungsi tekanan pengisian pada atrium kiri
serte tekanan vena paru-paru meningkat. Ini menyebabkan bertambahnya volume
dalam kapiler paru-paru dan hal ini menyebabkan kesulitan bernafas (asma)
kardium. Jika peningkatan tekanan dalam kapiler melampaui 25 mmHg, cairan dari
kapiler paru-paru akan keluar dan masuk ke alveoli, terjadilah tanda klinis
suatu udem paru-paru. (Ernst Mutschler, 1991)
B. Uraian
Obat-Obat yang Digunakan untuk Terapi
1. Amlodipin
Obat ini
disebut juga dengan Ca Channel Blocker. Istilah
terahir lebih tepat karena aksi obat ini menghambat influks ion Ca pada kanal
ion Ca (Voltage-gated Ca channel) di
pembuluh darah dan otot jantung. Penurunan ion Ca intraseluler menyebabkan
penurunan kontraksi otot. Pada pembuluh darah, penurunan ion Ca intraseluler
menurunkan kontraksi otot polos pembuluh darah, lalu meningkatkan diameter
pembuluh darah arteri namun tidak pada vena sehingga menimbulkan vasodilatasi.
Vasodilatasi mengakibatkan penurunan resistensi ferifer. Pada jantung,
penurunan ion ca mengakibatkan penurunan kontraksi sel otot jantung, sehingga
menurunkan curah jantung. Penurunan baik curah jantung maupun resistensi
perifer menyebabkan punurunan tekanan darah. Secara klinik, obat ini digunakan
dalam terappi hipertensi dan angina pectoris (menurunkan beban ahir jantung
sehingga menurunkan kebutuhan oksigen.
Dosis
hipertensi 5 mg 1x/hari. Maks 10 mg. Pasien bertubuh kecil atau pasien lanjut
usia, pasien dengan insufisiensi hati 2,5 mg 1x/hari. (Jika sesak nafas pasien
tak tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi)
Efek
samping sakit kepala, udema, lelah, mual, nyeri abdomen, wajah kemerahan,
palpitasi dan pusing.
2. Furosemid
Obat ini
beraksi menghambat co-transporter Na+/K+/2Cl- pada ascending limb lengkung henle sehingga menghambat reabsorbsi Na+
dan Cl-. Penigkatan Na+ dalam filtrat nefron ketika berada dibagian tubulus kolektifus akan
mengakibatkan sekresi K+ dan H+ sehingga menyebabkan hipokalemia. Obat ini
merupakan diuresis paling poten. Selain untuk terapi hipertensi, obat ini
digunakan untuk menurunkan udema paru-paru pada penyakit gagal jantung. Obat
ini tepat untuk penderita hipertensi dengan gangguan ginjal.
Efek
samping rasa tidak enak di perut, hipotensi ortostatik, gangguan GI,
penglihatan kabur, pusing dan sakit kepala.
Dosis
dewasa 1/2-1 tab 40 mg sehari pada pagi. (Jika sesak nafas pasien tak
tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi)
BAB
III
KASUS
Tuan Rudi 60 tahun, 65 kg datang ke rumah sakit
karna mengalami sesak nafas, batuk, kaki mengalami pembenngkakan (oedema),
sulit buang air kecil. Pasien mengaku ketika berbaring harus menggunakan 2 atau
lebih bantal karena sering mengalami sesak nafas. Tekanan darah pasien pada
saat masuk rumah sakit adalah 170/100 mmHg. Tuan Rudi merupakan pasien
Hipertensi sejak tiga tahun lalu dan rutin mengkonsumsi norfaks 5 mg setiap
harinya. Namun 9 bulan belakangan ini tuan Rudi tidak mengkonsumsi obat tersebut
dikarenakan harga obat yang sangat mahal. Dokter memberikan resep yaitu
Amlodipin 5 mg 1 kali sehari.
BAB IV
PEMBAHASAN
Penatalaksanaan Kasus Metode FARM
A. FINDINGS
Berdasarkan kasus yang sudah disebutkan pada bab sebelumnya di atas (BAB
III), tuan Rudi menderita Hipertensi yang kemudian mengakibatkan Gagal Jantung.
1. Riwayat Penyakit
Mengalami sesak nafas, batuk, kaki mengalami
pembengkakan, sulit buang air kecil, ketika berbaring harus menggunakan dua
atau lebih bantal karena sering mengalami sesak nafas dengan tekanan darah
170/100 mmHg
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Tuan Rudi sejak 3 tahun lalu merupakan pasien
hipertensi dan rutin mengkonsumsi norvaks 5 mg setiap harinya. Namun, 9 bulan
belakangan ini tuan Rudi tidak mengkonsumsi obat tersebut dikarenakan harga
obat yang sangat mahal.
B. Assesmant
Dokter telah meresepkan Amlodipin 5 mg 1 kali sehari
DRP’s
1.
Indikasi yang tidak ditangani (Untreated Indication) atau Indikasi tanpa
obat yaitu Udema Paru
C.
Resolution
1.
Farmakologi
a)
Furosemid
Dosis dewasa 1/2-1 tab 40 mg pada pagihari. (Jika sesak
nafas pasien tak tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi).
b) Amlodipin
Dosis hipertensi 5 mg 1x/hari. Maks
10 mg. Pasien bertubuh kecil atau pasien lanjut usia, pasien dengan
insufisiensi (lemah fungsi) hati 2,5 mg 1x/hari. (Jika sesak nafas pasien tak
tertahankan obat dapat diberikan melalui rute injeksi).
UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang
berbunyi sebagai berikut: lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60. Tuan Rudi termasuk kedalam kelompok
lansia, tetapi dengan pertimbangan berat badan 65 kg yg dimilikinya, pertimbangan
tidak ada gejala penyakit hati yang kronis yang ia derita juga berdasarkan
pertimbangan riwayat pengobatan hipertensi tuan Rudi 3 tahun lalu yang
menggunakan 5 mg amlodipin/hari maka tuan Rudi tetap disarankan untuk
menkonsumsi 5 mg amlodipin/hari.
2.
Non Farmakolofi
a)
Rehabilitasi atau penyehatan kardiak, pengurangan konsumsi cairan (maks 2
liter/hari dari semua sumber cairan, baik minuman maupun makanan) dan
pengurangan konsumsi garam natrium (kira-kira 1,5 hingga 2 gram/hari).
b)
Tahap A: Pengobatan meliputi
penghentian kebiasaan merokok, serta pengontrolan hipertensi, DM, dan
dislipidemia menurut pedoman penanganan yang berlaku.
c)
Tahap D: pada tahap ini pasien harus beristirahat sepenuhnya dan juga pengobatan
maksimal.
D.
Monitoring
1.
Gejala-Gejala Pasien
Pengecekan
masih ada atau tidak udem di kaki, masih mebutuhkan 2 bantal pada saat tidur
atau tidak, masih ada sesak nafas dan batuk atau tidak.
2.
Tekanan Darah
Apakah
tekanan darah tuan Rudi telah normal atau tidak. Tekanan darah dikatakan normal
ketika sistolik <120 mmHg dan diastolik <80mmHg
3.
Fungsi Ginjal
Apakah
fungsi perkemihan lancar atau tidak
4.
Efek Samping
Ada
tidaknya perasaan tidak enak di perut, hipotensi ortostatik, gangguan GI,
penglihatan kabur, pusing dan sakit kepala. atau efek samping sakit kepala,
udema, lelah, mual, nyeri abdomen, wajah kemerahan, palpitasi dan pusing.
5. Ketepatan
Pasien
Patuh
atau tidaknya pasien pada dosis dan waktu penggunaan obat yang telah ditentukan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tuan Rudi menderita hipertensi dan gagal jantung
telah diresepkan Amlodipin 5 mg/hari oleh dokter dan untuk gejala udem pada
paru tuan Rudi belum diberikan terapi, obat terapi yang dapat diberikan salah
satunya adalah diuretic furosemid.
B.
Saran
Setelah diberikan terapi, sebaiknya dilakukan
monitoring dengan seksama baik atas efek samping pada obat yang digunakan untuk
terapi atau monitoring terhadap perkembangan kesehatan penyakit yang sedang
diterapi
DAFTAR
PUSTAKA
Mycek J. Mary,
dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi
2. Widya Medika. Jakarta
Depkes RI. Mims Petunjuk Konsultasi. Edisi 10
2010/2011. UBM Medica. Jakarta
MutschLer
Ernest. 1991. Dinamika Obat. Edisi
Kelima. ITB. Bandung
Nugroho
Endro Agung. 2011. Farmakologi obat-obat
penting dalam pembelajaran ilmu farmasi dan dunia kesehatan. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta
Sukandar
Yulinah Elin, dkk. 2008. Iso
Farmakoterapi. PT ISFI. Jakarta
Saragi
Sahat. 2011. Panduan Penggunaan Obat.
Rosemata Publisher. Jakarta
Tjay
Hoan Tan, dkk. 2006. Obat-Obat Penting.
PT Elex Kompitindo. Jakarta
Langganan:
Postingan (Atom)