Selasa, 04 Juni 2013

INTERAKSI OBAT




LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
 FARMASI KLINIS


INTERAKSI OBAT



DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III

M. GUSTI ADJIE                              NIM. 211839
MERRY ELISABET                         NIM. 211840
MUSAYITIR                                     NIM. 211841
N. ADHE NOVIE ACHIRIE             NIM. 211842
NUR RASMI                                     NIM. 211850







YAYASAN PENDIDIKAN DAN SOSIAL KALTARA
AKADEMI FARMASI KALTARA
TARAKAN
2013



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada penulisan resep sering beberapa obat diberikan secara bersamaan, maka mungkin terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Dalam hal ini obat pertama dapat memperkuat atau memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja obat kedua.
Karena interaksi obat pada terapi obat dapat menyebabkan kasus yang parah dan kerusakan pada pasien, maka interaksi obat harus lebih diperhatikan dari sekarang dan dengan demikian dapat dikurangi jumlah dan keparahannya.
Masalah interaksi baru menjadi akut sejak baru-baru ini, karena disatu pihak selalu tersedia obat-obat yang lebih berkhasiat yang dapat menimbulkan efek-efek yang tak diinginkan apabila obat-obat ini mempunyai pengaruh yang berlawanan dan dipihak lain baru beberapa tahun yang lalu dikembangkan cara membuktikan interaksi demikian dan juga ditemukan mekanisme-mekanisme yang menyebabkannya. Walau demikian, dibuktikan bahwa istilah interaksi tidak menyatakan apakah berarti negative atau positif. Interaksi obat mudah dilupakan dan bekerja sangat positif, yang dapat merupakan persyaratan untuk terapi yang bermanfaat. Dalam pemakaian sekarang interaksi diartikan hanya interaksi yang tak diinginkan saja.
Selain itu tidak hanya interaksi antar obat dengan obat tetapi juga adakalanya terjadi interaksi dari obat dengan bahan makanan, yang dapat mempengaruhi farmakokinetik obat dan biotransformasi dan lain-lain.

B.     Maksud dan Tujuan
Laporan ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk membahas analisis DRP (Drug Related Problem) pada kasus Ny. F. (lihat kasus pada Bab III), pemilihan alternative terapi yang tepat dan tidak menimbulkan interaksi obat serta hal-hal yang perlu dimonitoring setelah pemberian obat pada pasien atau Penatalaksanaan Kasus dengan metode FARM

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Teori Umum
Bila seorang pasien diberikan dua atau lebih obat, kemungkinan besar akan terjadi interaksi obat-obat tersebut di dalam tubuhnya. Efek masing-masing obat dapat saling mengganggu dan efek samping yang tidak diinginkan mungkin akan timbul. Ada beberapa cara berlangsungnya interaksi obat diantaranya
a)      Interaksi kimiawi. Obat bereaksi dengan obat lain secara kimiawi; misalnya pengikatan fenitoin oleh kalsium, tetrasiklin  oleh logam bervalensi dua, dimerkaprol (BAL) oleh arsen/air raksa dan penisilamin oleh Cu, Pb, atau Au.
b)      Kompetisi untuk protein plasma. Analgetika (salisilat, fenilbutazon, indometasin), klofibrat dan kinidin mendesak obat lain dari ikatannya pada protein dan dengan demikian memperkuat khasiatnya misalnya sulfonamide dan kumarin memperkuat daya kerja tolbutamid dan metotreksat.
c)      Induksi enzim. Obat yang menstimulir pembentukan enzim hati, tidak hanya mempercepat eliminasinya, tetapi juga mempercepat perombakan. Obat lain contohnya adalah hipnotika (barbital) dan antiepileptika (fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, felbamat) memperlancar biotransformasi antikoangulansia dan antidepresiva trisiklis (imipramin, amintriptilin) dan menurunkan khasiatnya. Contoh lain adalah hipnotika dan obat-obat rematik yang mengurangi kegiatan fenitoin.
d)     Inhibisi enzim. Zat yang mengganggu fungsi hati dan enzimnya, seperti alcohol dapat memperkuat daya kerja obat lain yang efek dan lama kerjanya tergantung dari enzim tersebut. Alopurinol, yang memblokir ksantin-oksidase pada sintesa asam urat, memperkuat khasiat turunan purin (antaralain obat kanker merkaptopurin) yang justru diuraikan oleh enzim tersebut. Metabolisme alcohol diblokir oleh disulfiram, sulfonylurea (tolbutamida dan lain-lain) dan metronidazol , hingga oksidasi oleh dehidrogenase dihentikan pada tingkat asetal dehida yang kadarnya meningkat dan memberikan efek toksik yang tidak enak.
Selain itu juga adakalanya terjadi interaksi dari obat dengan bahan makanan, yang dapat mempengaruhi farmakokinetik obat. (Tjay dan Kirana, 2007).
      Pengetahuan mengenai pengaruh makanan terhadap kerja obat masih sangat kurang. Karena itu, pada banyak bahan obat masih belum jelas bagaimana pengaruh pemberian makanan pada saat yang sama terhadap kinetika obat. Pada sejumlah senyawa makanan menyebabkan penundaan absorbsi karena perubahan harga pH dalam lambung serta perubahan motilitas usus. Tentang pengaruh komponen makanan terhadap biotransformasi bahan obat, telah banyak dilakukan pada hewan percobaan, tetapi pada manusia hanya sedikit.  (Mutschler, 1999)




BAB III
KASUS

Ny. F 30 tahun datang kedokter dengan keluhan, nyeri pada saat buang air kecil dan sensasi rasa panas di perut ketika lapar selama 2 minggu belakangan ini. pasien merupakan pasien hipertensi yang rutin mengkonsumsi bisoprolol 5 mg 1 kali sehari Ny. Farah adalah seorang pegawai disalah satu bank swasta dikotanya sehingga sangat sulit mengatur pola makan. Dokter mendiagnosis ny. Farah mengalami ISK dan Ulkus Peptikum. Sehingga diberi terapi
1.      Neo-Sanmag Sirup 3 kali sehari I sendok takar
2.      Ciprofloksin 250 mg 2 kali sehari
3.      Simetidin 200 mg 3 kali sehari

          


BAB IV
PEMBAHASAN

Penatalaksanaan Kasus Metode FARM

A.    Findings
Dokter mendiagnosis Ny. Farah mengalami ISK dan Ulkus Peptikum
1.      Riwayat Penyakit
Ny. F datang kedokter dengan keluhan, nyeri pada saat buang air kecil dan sensasi rasa panas di perut ketika lapar selama 2 minggu belakangan ini. Pasien adalah seorang pegawai disalah satu bank swasta dikotanya sehingga sangat sulit mengatur pola makan.
2.      Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien merupakan pasien hipertensi yang rutin mengkonsumsi bisoprolol 5 mg 1 kali sehari
Terapi yang akan diberikan kepada Ny F.oleh dokter adalah
1.   Neo-Sanmag Sirup 3 kali sehari 1  sendok takar
2.      Ciprofloksin 250 mg 2 kali sehari
3.      Simetidin 200 mg 3 kali sehari

B.    Assesmant
DRP’s
1.      Interaksi Obat
Berdasarkan literature MIMS edisi 2010/2011 disebutkan bahwa penggunaan bisoprolol dan cimetidin dapat mengakibatkan interaksi obat yang tidak diinginkan.

C.     Resolution
Alternatif terapi yang disarankan oleh kami adalah:
a)      Farmakologi
1.      Neo-Sanmag Sirup 3 kali sehari 1  sendok takar. Tetap sesuai dengan resep dokter. Untuk mengurangi gejala kelebihan asam lambung seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung dan perasaan penuh pada lambung yang tidak dapat diatasi dengan antasida saja.
2.      Ciprofloksasin 250 mg 2x sehari diberikan antibiotic karena pasien ini didiagnosa mengalami infeksi saluran kemih atau (ISK)
3.      Ranitidin 2 x sehari  150 mg diberikan sesudah makan karena untuk golongan H2 bloker ini menghambat sekresi asam lambung
4.      Bisoprolol tetap diberikan dalam terapi karena Ny. F adalah pasien hipertensi. Tidak diganti karena pertimbangan Ny F telah rutin atas obat tersebut.
b.      Non-farmakologi :
1.      Banyak minum air putih (8-10 gelas/hari) hal ini dapat meringankan gejala hipertensi dan ISK dari Ny. F
2.      Berikan kompres air hangat pada bagian abdomen pasien untuk mengurangi rasa nyeri.
3.      Hindari konsumsi minuman soft drink, makanan berempah dan kopi semua makanan atau minuman serta hal-hal ygdapat mengiritasi kandung kemih
4.      Banyak mengkonsumsi vitamin secara teratur karena vit diketahui dapat mengurangi jumlah bakteri di dalam urine (kecuali vit besifat asam)
5.      Basuh bagian kemaluan dari arah depan ke belakang (anus) 

D.    Monitoring
a)      Efek samping obat yang digunnakan dalam terapi
Diperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi karena adanya efek samping dari obat diantaranya sakit kepala, pusing, konstipasi dan diare, mengantuk, kebingungan, agitasi, depresi, reaksi hipersensitif, gangguan GI, reaksi anafilaktoid, reaksi hematologik.

b)      Gejala ISK
Masih ada nyeri pada saat buang air kecil atau tidak. Melakukan tes pengecekan apakah di dalam urin masih terdapat bakteriuria diantaranya tes sedimentasi, tes nitrit dan lain-lain.
c)      Gejala ulkus peptikum
Masih terasa nyeri atau tidak pada bagian perut dan pemeriksaan terhadap bakteri Helicobacter pyrori




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Nyonya F berdasarkan diagnosa dokter dikatakan bahwa ia menderita ISK dan ulkus peptikum (tukak lambung-usus), pasien juga memiliki riwayat sebagai pasien hipertensi yang telah rutin mengkonsumsi bisoprolol. Dokter berencana akan memberikan obat Neo-Sanmag Sirup 3 kali sehari I sendok takar, Ciprofloksin 250 mg 2 kali sehari, dan Simetidin 200 mg 3 kali sehari. Menurut kami pada terapi tersebut terdapat DRP’s berupa adanya interaksi obat dengan obat yaitu interaksi antara obat bisoprolol dan cimetidin.. Sehingga kami menyarankan pilihan terapi: mengganti cimetidin dengan ranitidin, sedangkan obat yang lain tetap mengikuti anjuran terapi dari dokter yaitu neosanmagh, ciprofloxasin dan bisoprolol.
B.     Saran
1.      Dalam hal ini pasien dengan diagnosa ISK dan ulkus peptikum keduanya berhubungan dengan bakteri, sehingga ketakutan atas resistensi ntibiotik amoxicillin harus tetap diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2010. Mims Petunjuk Konsultasi. BIP Kelompok Gramedia. Jakarta.
Mutschler Ernst. 1999. Dinamika Obat. ITB. Edisi Kelima. Bandung
Nugroho Endro Agung. 2011. Farmakologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Tjay Hoan Tan, dkk. 2006. Obat-Obat Penting. PT Elex Kompitindo. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar