LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
FARMASI KLINIS
INTERAKSI OBAT
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
M. GUSTI ADJIE NIM. 211839
MERRY ELISABET NIM. 211840
MUSAYITIR NIM. 211841
N. ADHE NOVIE
ACHIRIE NIM. 211842
NUR RASMI NIM. 211850
YAYASAN PENDIDIKAN
DAN SOSIAL KALTARA
AKADEMI FARMASI
KALTARA
TARAKAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
penulisan resep sering beberapa obat diberikan secara bersamaan, maka mungkin
terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Dalam hal ini obat pertama dapat
memperkuat atau memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja obat kedua.
Karena
interaksi obat pada terapi obat dapat menyebabkan kasus yang parah dan
kerusakan pada pasien, maka interaksi obat harus lebih diperhatikan dari
sekarang dan dengan demikian dapat dikurangi jumlah dan keparahannya.
Masalah
interaksi baru menjadi akut sejak baru-baru ini, karena disatu pihak selalu
tersedia obat-obat yang lebih berkhasiat yang dapat menimbulkan efek-efek yang
tak diinginkan apabila obat-obat ini mempunyai pengaruh yang berlawanan dan
dipihak lain baru beberapa tahun yang lalu dikembangkan cara membuktikan
interaksi demikian dan juga ditemukan mekanisme-mekanisme yang menyebabkannya.
Walau demikian, dibuktikan bahwa istilah interaksi tidak menyatakan apakah
berarti negative atau positif.
Interaksi obat mudah dilupakan dan bekerja sangat positif, yang dapat merupakan
persyaratan untuk terapi yang bermanfaat. Dalam pemakaian sekarang interaksi
diartikan hanya interaksi yang tak diinginkan saja.
Selain itu tidak hanya
interaksi antar obat dengan obat tetapi juga adakalanya terjadi interaksi dari
obat dengan bahan makanan, yang dapat mempengaruhi farmakokinetik obat dan
biotransformasi dan lain-lain.
B.
Maksud
dan Tujuan
Laporan ini dibuat
dengan maksud dan tujuan untuk membahas analisis DRP (Drug Related Problem) pada kasus Ny. F. (lihat kasus pada Bab III),
pemilihan alternative terapi yang tepat dan tidak menimbulkan interaksi obat
serta hal-hal yang perlu dimonitoring setelah pemberian obat pada pasien atau Penatalaksanaan
Kasus dengan metode FARM
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Teori
Umum
Bila
seorang pasien diberikan dua atau lebih obat, kemungkinan besar akan terjadi
interaksi obat-obat tersebut di dalam tubuhnya. Efek masing-masing obat dapat
saling mengganggu dan efek samping yang tidak diinginkan mungkin akan timbul.
Ada beberapa cara berlangsungnya interaksi obat diantaranya
a)
Interaksi
kimiawi. Obat bereaksi dengan obat lain secara kimiawi; misalnya pengikatan fenitoin oleh kalsium, tetrasiklin oleh logam bervalensi dua, dimerkaprol (BAL) oleh arsen/air raksa dan penisilamin oleh Cu, Pb, atau Au.
b)
Kompetisi
untuk protein plasma. Analgetika (salisilat, fenilbutazon, indometasin),
klofibrat dan kinidin mendesak obat lain dari ikatannya pada protein dan dengan
demikian memperkuat khasiatnya misalnya sulfonamide dan kumarin memperkuat daya
kerja tolbutamid dan metotreksat.
c)
Induksi
enzim. Obat yang menstimulir pembentukan enzim hati, tidak hanya mempercepat
eliminasinya, tetapi juga mempercepat perombakan. Obat lain contohnya adalah
hipnotika (barbital) dan antiepileptika (fenitoin, karbamazepin, lamotrigin,
felbamat) memperlancar biotransformasi antikoangulansia dan antidepresiva
trisiklis (imipramin, amintriptilin) dan menurunkan khasiatnya. Contoh lain
adalah hipnotika dan obat-obat rematik yang mengurangi kegiatan fenitoin.
d)
Inhibisi
enzim. Zat yang mengganggu fungsi hati dan enzimnya, seperti alcohol dapat memperkuat daya kerja obat
lain yang efek dan lama kerjanya tergantung dari enzim tersebut. Alopurinol, yang memblokir
ksantin-oksidase pada sintesa asam urat, memperkuat khasiat turunan purin
(antaralain obat kanker merkaptopurin) yang
justru diuraikan oleh enzim tersebut. Metabolisme alcohol diblokir oleh
disulfiram, sulfonylurea (tolbutamida dan lain-lain) dan metronidazol , hingga oksidasi oleh dehidrogenase dihentikan pada
tingkat asetal dehida yang kadarnya meningkat dan memberikan efek toksik yang
tidak enak.
Selain itu juga adakalanya
terjadi interaksi dari obat dengan bahan makanan, yang dapat mempengaruhi
farmakokinetik obat. (Tjay dan Kirana, 2007).
Pengetahuan
mengenai pengaruh makanan terhadap kerja obat masih sangat kurang. Karena itu,
pada banyak bahan obat masih belum jelas bagaimana pengaruh pemberian makanan
pada saat yang sama terhadap kinetika obat. Pada sejumlah senyawa makanan
menyebabkan penundaan absorbsi karena
perubahan harga pH dalam lambung serta perubahan motilitas usus. Tentang
pengaruh komponen makanan terhadap biotransformasi
bahan obat, telah banyak dilakukan pada hewan percobaan, tetapi pada
manusia hanya sedikit. (Mutschler, 1999)
BAB III
KASUS
Ny. F 30 tahun
datang kedokter dengan keluhan, nyeri pada saat buang air kecil dan sensasi
rasa panas di perut ketika lapar selama 2 minggu belakangan ini. pasien
merupakan pasien hipertensi yang rutin mengkonsumsi bisoprolol 5 mg 1 kali
sehari Ny. Farah adalah seorang pegawai disalah satu bank swasta dikotanya
sehingga sangat sulit mengatur pola makan. Dokter mendiagnosis ny. Farah
mengalami ISK dan Ulkus Peptikum. Sehingga diberi terapi
1. Neo-Sanmag
Sirup 3 kali sehari I sendok takar
2. Ciprofloksin
250 mg 2 kali sehari
3. Simetidin
200 mg 3 kali sehari
BAB IV
PEMBAHASAN
Penatalaksanaan
Kasus Metode FARM
A.
Findings
Dokter mendiagnosis Ny.
Farah mengalami ISK dan Ulkus Peptikum
1.
Riwayat
Penyakit
Ny.
F datang kedokter dengan keluhan, nyeri pada saat buang air kecil dan sensasi
rasa panas di perut ketika lapar selama 2 minggu belakangan ini. Pasien adalah
seorang pegawai disalah satu bank swasta dikotanya sehingga sangat sulit
mengatur pola makan.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien
merupakan pasien hipertensi yang rutin mengkonsumsi bisoprolol 5 mg 1 kali
sehari
Terapi yang akan
diberikan kepada Ny F.oleh dokter adalah
1. Neo-Sanmag Sirup 3 kali
sehari 1 sendok takar
2. Ciprofloksin
250 mg 2 kali sehari
3. Simetidin
200 mg 3 kali sehari
B.
Assesmant
DRP’s
1.
Interaksi
Obat
Berdasarkan literature MIMS edisi 2010/2011 disebutkan
bahwa penggunaan bisoprolol dan cimetidin dapat mengakibatkan interaksi obat
yang tidak diinginkan.
C.
Resolution
Alternatif terapi yang
disarankan oleh kami adalah:
a)
Farmakologi
1.
Neo-Sanmag Sirup
3 kali sehari 1 sendok takar. Tetap
sesuai dengan resep dokter. Untuk mengurangi
gejala kelebihan asam lambung seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati,
kembung dan perasaan penuh pada lambung yang tidak dapat diatasi dengan
antasida saja.
2.
Ciprofloksasin
250 mg 2x sehari diberikan antibiotic karena pasien ini didiagnosa mengalami
infeksi saluran kemih atau (ISK)
3.
Ranitidin 2 x
sehari 150 mg diberikan sesudah makan
karena untuk golongan H2 bloker ini menghambat sekresi asam lambung
4.
Bisoprolol
tetap diberikan dalam terapi karena Ny. F adalah pasien hipertensi. Tidak
diganti karena pertimbangan Ny F telah rutin atas obat tersebut.
b.
Non-farmakologi
:
1.
Banyak
minum air putih (8-10 gelas/hari) hal ini dapat meringankan gejala hipertensi
dan ISK dari Ny. F
2.
Berikan
kompres air hangat pada bagian abdomen pasien untuk mengurangi rasa nyeri.
3.
Hindari
konsumsi minuman soft drink, makanan berempah dan kopi semua makanan atau
minuman serta hal-hal ygdapat mengiritasi kandung kemih
4.
Banyak
mengkonsumsi vitamin secara teratur karena vit diketahui dapat mengurangi
jumlah bakteri di dalam urine (kecuali vit besifat asam)
5.
Basuh
bagian kemaluan dari arah depan ke belakang (anus)
D.
Monitoring
a)
Efek
samping obat yang digunnakan dalam terapi
Diperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi karena adanya efek samping dari obat diantaranya sakit kepala, pusing,
konstipasi dan diare, mengantuk, kebingungan, agitasi, depresi, reaksi
hipersensitif, gangguan GI, reaksi anafilaktoid, reaksi hematologik.
b) Gejala ISK
Masih ada nyeri pada saat buang air
kecil atau tidak. Melakukan tes pengecekan apakah di dalam urin masih terdapat
bakteriuria diantaranya tes sedimentasi, tes nitrit dan lain-lain.
c) Gejala
ulkus peptikum
Masih
terasa nyeri atau tidak pada bagian perut dan pemeriksaan terhadap bakteri Helicobacter pyrori
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Nyonya
F berdasarkan diagnosa dokter dikatakan bahwa ia menderita ISK dan ulkus
peptikum (tukak lambung-usus), pasien juga memiliki riwayat sebagai pasien
hipertensi yang telah rutin mengkonsumsi bisoprolol. Dokter berencana akan
memberikan obat Neo-Sanmag Sirup 3 kali sehari I sendok
takar, Ciprofloksin 250 mg 2 kali sehari, dan Simetidin 200 mg 3 kali sehari.
Menurut kami pada terapi tersebut terdapat
DRP’s berupa adanya interaksi obat dengan obat yaitu interaksi antara obat bisoprolol
dan cimetidin.. Sehingga kami menyarankan pilihan terapi: mengganti cimetidin dengan
ranitidin, sedangkan obat yang lain tetap mengikuti anjuran terapi dari dokter
yaitu neosanmagh, ciprofloxasin dan bisoprolol.
B.
Saran
1. Dalam hal ini pasien
dengan diagnosa ISK dan ulkus peptikum keduanya berhubungan dengan bakteri,
sehingga ketakutan atas resistensi ntibiotik amoxicillin harus tetap
diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes
RI. 2010. Mims Petunjuk Konsultasi. BIP
Kelompok Gramedia. Jakarta.
Mutschler
Ernst. 1999. Dinamika Obat. ITB.
Edisi Kelima. Bandung
Nugroho Endro Agung.
2011. Farmakologi. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Tjay Hoan Tan, dkk. 2006. Obat-Obat Penting. PT Elex Kompitindo.
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar